Momentum Iduladha yang kerap menjadi “panen raya” bagi peternak tahun ini diperkirakan tak semeriah sebelumnya. Potensi ekonomi kurban nasional menunjukkan tren penurunan, seiring merosotnya daya beli masyarakat di berbagai kelas penghasilan.
Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memproyeksikan jumlah rumah tangga yang berkurban pada 2025 hanya mencapai 1,92 juta. Angka ini turun 11,11% dibandingkan tahun lalu yang sebanyak 2,16 juta rumah tangga. Imbasnya, nilai potensi ekonomi kurban ikut melemah, dari Rp28,2 triliun pada 2024 menjadi Rp27,1 triliun tahun ini—turun 3,9%.
“Ini menjadi penurunan pertama sejak pandemi Covid-19,” tulis IDEAS dalam laporannya.
Dampaknya juga terlihat pada kebutuhan hewan kurban. IDEAS memperkirakan sekitar 1,1 juta domba-kambing dan 503 ribu sapi-kerbau akan disembelih pada Iduladha 2025. Bila dihitung berdasarkan berat karkas, potensi daging kurban tahun ini mencapai sekitar 101,1 ribu ton—lebih rendah 13,74% dibandingkan 2024 yang diperkirakan mencapai 117,2 ribu ton.
IDEAS mengaitkan penurunan ini dengan kondisi ekonomi yang memburuk. Indeks Tabungan Mandiri Institute mengalami penurunan di seluruh kelompok penghasilan. Tabungan kelas bawah tercatat merosot pada Mei 2025. Selain itu, banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang 2024 hingga pertengahan 2025 ikut mempersempit ruang belanja masyarakat, termasuk untuk ibadah kurban.
Kondisi ini dikhawatirkan berdampak langsung pada peternak atau Rumah Tangga Usaha Peternakan (RTUP) yang biasanya menikmati lonjakan permintaan menjelang Iduladha. Jika permintaan tak kunjung pulih, mereka terpaksa menjual hewan dengan harga murah guna menutup biaya operasional dan menghindari kerugian lebih besar. (RK/D-1)
(Baca: Perkembangan Jumlah Pemudik 10 Tahun Terakhir (2016-2025))