Dengan lalu lintas energi yang padat dan krusial, Selat Hormuz kembali mencatatkan angka signifikan dalam distribusi minyak global. Berdasarkan data dari U.S. Energy Information Administration (EIA), sepanjang kuartal I 2025, volume pasokan minyak yang mengalir melalui selat sempit ini mencapai 20,1 juta barel per hari. Jumlah ini mencakup pengiriman gabungan minyak mentah, kondensat, dan produk minyak lainnya.
Jika dibandingkan dengan konsumsi minyak dunia, volume tersebut mewakili sekitar 19,7 persen—atau hampir seperlima—dari total konsumsi global.
Negara tujuan terbesar pengiriman minyak dari Selat Hormuz adalah China. Sepanjang periode tersebut, Negeri Tirai Bambu menerima sekitar 5,35 juta barel per hari dalam bentuk minyak mentah dan kondensat.
China bukan satu-satunya negara Asia yang menjadi pelanggan utama. India, Korea Selatan, dan Jepang juga tercatat sebagai penerima volume besar dari jalur vital ini. Hal ini menegaskan dominasi Asia dalam konsumsi energi yang bersumber dari wilayah Timur Tengah.
Di sisi lain, negara-negara Eropa dan Amerika Serikat hanya menerima sebagian kecil dari total pasokan minyak melalui Hormuz. Selama periode 2020 hingga 2024, pola ini terus berulang, menandakan konsistensi dominasi pasar Asia terhadap jalur pengiriman tersebut.
Selat Hormuz sendiri memiliki posisi strategis sebagai satu-satunya penghubung langsung antara Teluk Persia dan lautan terbuka. Ketergantungan pada jalur ini membuatnya menjadi titik rawan dalam rantai pasokan energi global. Potensi gangguan atau penutupan selat dapat menimbulkan dampak besar pada harga dan distribusi energi di berbagai negara.(NKR/D-1)
(Baca: AS Pemasok Utama Senjata ke Israel, Jerman hingga Italia Juga Terlibat)
Download aplikasi Dataloka.id di Android sekarang untuk akses informasi berbasis data yang akurat dan terpercaya.
Download aplikasinya di sini.
Atau gabung di WA Channel Dataloka.id untuk update data terbaru, di sini.