Rencana mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mengambil alih Jalur Gaza dan merelokasi sekitar dua juta warga Palestina ke negara-negara tetangga menuai kecaman luas. Trump mengusulkan transformasi Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah” melalui pembangunan kembali wilayah tersebut guna menciptakan lapangan kerja dan perumahan. Namun, banyak pihak menilai gagasan ini sebagai bentuk pembersihan etnis serta pelanggaran terhadap hukum internasional.
Kecaman dari Dunia Internasional
Negara-negara Arab, termasuk Mesir, Yordania, dan Arab Saudi, secara tegas menolak gagasan tersebut. Menurut laporan Al Jazeera, Trump meminta Mesir dan Yordania menampung lebih banyak warga Palestina sebagai bagian dari rencana relokasi. Namun, kedua negara menolak permintaan tersebut dengan alasan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian berkelanjutan.
Selain itu, CNN dan BBC melaporkan bahwa banyak diplomat internasional menilai rencana Trump bertentangan dengan hukum internasional serta berpotensi meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Para pemimpin Eropa dan organisasi hak asasi manusia juga mengecam usulan ini sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.
Respons Israel dan Amerika Serikat
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan respons positif terhadap pernyataan Trump, sementara beberapa pemimpin oposisi di Israel merespons dengan lebih berhati-hati. Meskipun mendukung langkah Amerika Serikat terhadap Gaza, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menolak pemindahan paksa warga Palestina.
Di Amerika Serikat, reaksi terhadap usulan ini beragam. Beberapa pemimpin Partai Republik menyambut baik ide Trump, sementara Partai Demokrat menolaknya. Anggota Kongres dari Partai Demokrat, Rashida Tlaib, mengkritik keras pernyataan Trump dan menyebutnya sebagai tindakan yang melanggar hak-hak warga Palestina.
Kekhawatiran Pembersihan Etnis
Rencana Trump dapat dianggap sebagai bentuk pembersihan etnis. Trump sendiri menyatakan keinginannya untuk “membersihkan” Gaza dan menekan negara-negara tetangga agar menerima pengungsi Palestina. Organisasi hak asasi manusia memperingatkan bahwa langkah ini dapat memperburuk krisis kemanusiaan serta meningkatkan eskalasi kekerasan di kawasan tersebut.
Sementara itu, utusan Timur Tengah Trump, Steve Witkoff, dikabarkan akan mengunjungi Gaza sebagai bagian dari “tim inspeksi” guna memantau kesepakatan gencatan senjata di antara Israel dan Hamas. Namun, banyak pihak meragukan netralitas dan tujuan sebenarnya dari kunjungan tersebut. (IMR/D-2)
(Baca juga: Donald Trump Tegaskan Rencana Pengambilalihan Terusan Panama dalam Pidato Pelantikan)