Hasil survei Litbang Kompas 2025 menunjukkan bahwa dampak fatherless pada anak dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik secara emosional, sosial, maupun perilaku. Survei ini melibatkan 16 psikolog klinis dari 16 kota di Indonesia, di antaranya Padang, Pekanbaru, Bengkulu, dan Jakarta.
Dari hasil survei tersebut, sebanyak sembilan psikolog klinis menyebutkan bahwa anak yang mengalami fatherless cenderung tidak percaya diri. Jumlah yang sama juga mengaitkan kondisi tersebut dengan emosi dan mental yang tidak stabil.
Selain itu, tujuh psikolog menyebut kenakalan remaja sebagai dampak yang cukup sering ditemui. Fenomena ini diikuti oleh pergaulan bebas dan kesulitan dalam berinteraksi sosial, masing-masing disebut oleh lima responden. Beberapa psikolog juga mengamati adanya gangguan perilaku seksual dan rendahnya motivasi akademik, yang masing-masing diungkapkan oleh empat psikolog.
Dampak lain yang cukup signifikan meliputi perilaku berisiko, krisis identitas, dan relasi sosial yang tidak sehat. Beberapa anak bahkan menunjukkan tanda-tanda gangguan adiksi, rasa kesepian, hingga merasa tidak aman. Sementara itu, sembilan psikolog menyoroti dampak lain seperti kecenderungan menjadi people pleaser atau memilih hidup childfree di masa dewasa.
Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada Juli-Agustus 2025 ini menegaskan bahwa dampak fatherless pada anak tidak hanya berpengaruh pada masa kecil, tetapi juga dapat membentuk kepribadian dan pola hubungan di masa depan. Kehadiran figur ayah terbukti berperan penting dalam membentuk stabilitas emosional, rasa aman, serta kemampuan anak dalam bersosialisasi dan mengambil keputusan dengan matang. (RK/D-1)
(Baca: Jumlah Anak Fatherless di Indonesia 2024 Capai 15,9 Juta, Didominasi Provinsi di Pulau Jawa)
			
			











