Forbes melaporkan pada awal September 2025 bahwa pound Lebanon menjadi mata uang terlemah di dunia. Nilai tukarnya terhadap dolar Amerika Serikat hanya setara 0,000011 USD. Kondisi ini mencerminkan krisis ekonomi yang berkepanjangan di negara tersebut, ditambah dengan inflasi, pengangguran tinggi, masalah perbankan, serta ketidakstabilan politik.
Posisi kedua ditempati rial Iran yang nilainya 0,000024 USD per 1 rial. Iran sesungguhnya merupakan salah satu pengekspor minyak dan gas alam terbesar di dunia. Namun, tekanan sanksi internasional membuat mata uangnya terdepresiasi tajam. Di belakangnya, terdapat dong Vietnam dengan kurs 0,000038 USD. Pelemahan ini dipengaruhi perlambatan ekspor, pembatasan perdagangan luar negeri, dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.
Kip Laos menjadi mata uang berikutnya yang berada di daftar ini dengan nilai 0,000045 USD per kip. Perekonomian Laos yang melambat, meningkatnya utang luar negeri, dan inflasi tinggi menjadi faktor utama pelemahan. Setelah itu, rupiah Indonesia tercatat di urutan kelima. Nilai tukarnya setara 0,000061 USD per rupiah. Indonesia yang dikenal kaya akan komoditas tetap tidak lepas dari tekanan inflasi dan kekhawatiran resesi yang membuat rupiah berada di jajaran mata uang lemah.
Di urutan keenam ada som Uzbekistan dengan nilai 0,00008 USD. Negara Asia Tengah itu telah melakukan reformasi ekonomi, tetapi belum mampu keluar dari masalah inflasi, pengangguran, dan korupsi. Franc Guinea berada setelahnya dengan nilai 0,000115 USD. Meski memiliki sumber daya alam seperti emas dan berlian, Guinea masih berhadapan dengan inflasi tinggi, kerusuhan politik, serta persoalan pengungsi lintas batas.
Guaraní Paraguay juga masuk daftar dengan nilai tukar 0,000138 USD. Tekanan inflasi, praktik korupsi, serta beredarnya mata uang palsu menjadi faktor penyebab lemahnya guaraní. Di posisi kesembilan terdapat ariary Madagaskar yang nilainya setara 0,000226 USD. Ekonomi Madagaskar bergantung pada pertanian, perikanan, dan ekspor rempah-rempah, tetapi daya dorong tersebut belum cukup menguatkan nilai mata uangnya.
Melengkapi daftar, franc Burundi berada di urutan kesepuluh dengan nilai 0,000335 USD. Ekonomi negara kecil di Afrika Timur ini sangat bergantung pada kopi dan teh sebagai komoditas utama ekspor, namun kerentanan struktural membuat franc Burundi tetap lemah.
Forbes menilai, lemahnya nilai tukar berbagai mata uang tersebut tidak lepas dari persoalan struktural yang melilit negara masing-masing. Inflasi, defisit perdagangan, instabilitas politik, hingga krisis sosial-ekonomi menjadi faktor dominan yang mendorong pelemahan berkelanjutan.(NKR/D-1)
(Baca: Pemerintah Salurkan Rp200 Triliun Uang Negara ke Bank Himbara)
Download aplikasi Dataloka.id di Android sekarang untuk akses informasi berbasis data yang akurat dan terpercaya.
Download aplikasinya di sini.
Atau gabung di WA Channel Dataloka.id untuk update data terbaru, di sini.