10 Oktober diperingati sebagai hari kesehatan mental dunia. Perayaan hari kesehatan mental dilakukan guna mengingatkan masyarakat di dunia akan pentingnya kesehatan mental. Kesehatan manusia tidak hanya diukur dari fisiknya saja, tetapi juga harus dipertimbangkan aspek kejiwaannya atau yang sering dikenal dengan aspek kesehatan mental.
Meski terus digaungkan, permasalahan kesehatan mental masih terus terjadi di berbagai belahan dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya masih mengalami berbagai permasalahan kesehatan mental. Bahkan, permasalahan kesehatan mental tidak hanya dihadapi oleh manusia dewasa, tetapi juga dihadapi oleh remaja di Indonesia.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), prevalensi gangguan kesehatan mental pada remaja di Indonesia mencapai 34,9%. Remaja dengan jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami gangguan kesehatan mental dengan prevalensi mencapai 35,1%, sedangkan remaja dengan jenis kelamin laki-laki memiliki prevalensi gangguan kesehatan mental mencapai 34,6%.
Kecemasan menjadi gangguan kesehatan mental yang paling sering dialami oleh remaja dengan prevalensi 28,2% pada perempuan dan 25,4% pada laki, masalah terkait pemusatan perhatian dan/atau hiperaktivitas menjadi permasalahan ganggaun mental dengan prevalensi terbanyak kedua yang mencapai 12,3% pada laki-laki dan 8,8% pada perempuan. Permasalahan gangguan mental lainnya adalah depresi yang mencapai 6,7% pada perempuan dan 4,0% pada laki-laki; PTSD yang mencapai 2,0% pada perempuan dan 1,7% pada laki-laki; dan terakhir adalah masalah perilaku yang mencapai 3,5% pada laki-laki dan 1,2% pada perempuan. (IMR/D-2)
(Baca juga: Survei Jakpat, 74% Generasi Z Anggap Work Life Balance Penting untuk Kesehatan Mental)