Lebih dari seabad silam, dari balik tembok pendapa di Jepara, suara perempuan muda bernama Raden Ajeng Kartini menggema melalui pena. Surat-suratnya, yang ditujukan kepada sahabat-sahabat pena di Eropa, menyuarakan keresahan sekaligus harapan tentang ketimpangan peran perempuan di tengah masyarakat feodal Hindia Belanda.
Hari ini, suara itu belum padam. Ia tumbuh dan menjelma dalam wajah-wajah perempuan Indonesia yang terus berjuang menegakkan hak, martabat, dan kesetaraan.
Warisan Pemikiran yang Tak Lekang
Kartini hidup pada masa ketika perempuan dipinggirkan dari pendidikan dan ruang publik. Di usia 12 tahun, ia harus menjalani masa pingitan—tradisi yang memutus akses anak perempuan terhadap dunia luar. Namun, alih-alih tunduk, ia membalas keterkungkungan itu dengan membaca dan menulis. Melalui surat-suratnya, ia menyingkap kegetiran yang dirasakan banyak perempuan pribumi.
“Apakah tidak ada jalan lain untuk membuat kaum perempuan berdiri setara dengan laki-laki selain pendidikan?” tulisnya dalam salah satu surat kepada Abendanon, yang kemudian dihimpun dalam buku Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Warisan itu bukan sekadar cerita. Ia menjadi semacam api kecil yang terus menyala dalam semangat perempuan di berbagai lini kehidupan: dari ruang kelas hingga ruang dewan, dari dapur kecil di desa terpencil hingga panggung politik nasional.
Kartini Masa Kini
Hari ini, suara Kartini terpantul dalam sosok-sosok seperti Sri Mulyani, yang menembus dominasi laki-laki di dunia ekonomi dan menjadi Menteri Keuangan terlama dalam sejarah republik. Ia juga hadir dalam upaya Najwa Shihab membangun ruang diskusi kritis di media, atau dalam gerakan perempuan akar rumput di Wamena yang memperjuangkan hak atas tanah dan kehidupan yang lebih layak.
Namun, perjuangan itu belum selesai.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mencatat, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan masih berada di angka 55 persen, jauh tertinggal dari laki-laki yang mencapai 84 persen. Sementara itu, angka kekerasan terhadap perempuan justru meningkat, mencapai lebih dari 470.000 kasus dalam laporan Komnas Perempuan tahun 2023.
“Kesetaraan bukan hanya soal angka, tetapi tentang pengakuan terhadap pilihan dan kapasitas perempuan,” ujar Anita Wahid, aktivis perempuan dan pegiat literasi digital. Menurutnya, banyak perempuan yang masih harus memilih antara karier dan keluarga karena norma sosial yang belum berpihak.
Dari Surat ke Media Sosial
Jika dahulu Kartini menulis untuk menyampaikan keresahan, kini perempuan berbicara melalui berbagai kanal digital. Di media sosial, mereka menyuarakan isu body shaming, kekerasan seksual, hingga kesenjangan upah. Tagar-tagar seperti #SuarakanPerempuan dan #GerakBersama menjadi ruang virtual perlawanan sekaligus solidaritas.
Bagi banyak perempuan muda, Kartini bukan sekadar tokoh sejarah, melainkan simbol keberanian untuk mempertanyakan ketimpangan yang dibungkus adat dan budaya.
“Bagi saya, Kartini adalah pengingat bahwa berpikir kritis dan bersuara itu penting. Ia memberi kami legitimasi untuk terus melawan diskriminasi, sekecil apa pun bentuknya,” kata Meutia Sari (23), mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang aktif dalam komunitas feminis kampus.
Meneruskan Nyala, Menyulam Asa
Perjalanan Kartini bukan jalan yang selesai. Ia adalah benang merah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Tantangannya berubah, tetapi semangatnya tetap: membuka ruang, mencerdaskan perempuan, dan meneguhkan hak untuk memilih jalan hidup sendiri.
Di Jepara, tempat kelahiran Kartini, nyala itu masih dijaga. Di Museum RA Kartini, pengunjung dari berbagai daerah datang tak sekadar untuk mengenang, tetapi juga mencari inspirasi. Di ruang pamer itu, surat-surat Kartini dibingkai seperti pusaka. Namun, lebih dari artefak sejarah, surat-surat itu adalah cermin. Ia bertanya kepada setiap pembacanya: Apakah kita masih melanjutkan perjuangan ini? (IMR/D2)
(Baca juga: Wilayah dengan Tenaga Profesional Perempuan Terbanyak, Jakarta tidak Termasuk)
Download aplikasi Dataloka.id di Android sekarang untuk akses informasi berbasis data yang akurat dan terpercaya.
Download aplikasinya di sini.
Atau gabung di WA Channel Dataloka.id untuk update data terbaru, di sini.